Senin, 05 Desember 2011

PERENCANAAN PENELITIAN


KONSEP
            Konsep adalah menggambarkan secara abstrak tentang kejadian, keadaan, dalam suatu kelompok atau individu. Ada dua macam konsep:
1.      Konsep yang behubungan dengan fakta.
Suatu konsep yang berhubungan dengan benda-benda kongkrit yang dapat dilihat dan diraba. Sehingga dalam hal ini peluang kesalahan memahami konsep sangat kecil.
2.      Konsep yang behubungan dengan hal-hal yang abstrak
Suatu konsep yang berkaitan dengan sesuatu yang tidak bisa dilihat dan diraba secara fisik tapi hal itu ada.

Konsep yang berhubungan dengan hal-hal yang abstrak disebut konstruk. Jadi konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu.[1]

PROPOSISI
            Proposisi adalah hubungan yang logis antara dua konsep atau lebih dalam bentuk kalimat pernyataan. Misalnya “proses migrasi tenaga kerja ditentukan oleh perbedaan upah”. Ada dua tipe proposisi:
1.      Aksioma atau postulat, yaitu proposisi yang kebenarannya tidak perlu dipertanyakan lagi. Sehingga tidak perlu diuji dengan sebuah penelitian.
2.      Teorema, proposisi yang dideduksikan dari aksioma, aksioma banyak digunakan dalam ilmu-ilmu eksakta sedangkan dalam ilmu sosial aksioma sangat jarang. Sedangkan yang menjadi perhatian peneliti adalah teorema ini.[2]

VARIABEL
            Variabel adalah sesuatu yang mempunyai vartiasi nilai atau gejala yang bervariasi, misalnya variabel jenis kelamin, berat badan, usia, penghasilan dan sebagainya. Gejala adalah objek penelitian, jadi variabel adalah objek penelitian yang bervariasi. Satu konsep bisa menjadi beberapa variabel. Misalnya konsep penduduk bisa menjadi beberapa konsep, yaitu jenis kelamin, susku bangsa, usia, penghasilan dan lain-lain.
            Variabel terdiri dari dua kategori, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Contoh variabel kuantitatif adalah usia, tinggi badan, jam kerja, luas kota dan lain-lain. Sedangkan contoh variabel kualitatif adalah kepandaian, kemakmuran, kemiskinan dan lain sebagainya.
Hubungan antara variabel:
1.      Hubungan simetris
a.       Kedua variabel merupakan indikator untuk konsep yang sama, misalnya jumlah anak lahir hidup dan tingkat kelahiran kasar (crude birth rate) yang merupakan indikator dari fertilitas.
b.      Kedua variabel merupakan akibat dari faktor yang sama.
c.       Kedua variabel berkaitan secara fungsional.
d.      Hubungan yang kebetulan sama.
2.      Hubungan timbal balik
Dimana satu variabel dapat menjadi variabel  pengaruh di suatu waktu, namun dapat pula menjadi akibat di waktu lain.
3.      Hubungan asimetris
a.       Hubungan antar SR
b.      Hubungan antara disposisi (kecenderungan untuk menunjukkan respons tertentu dalam situasi tertentu) dan respon.
c.       Hubungan antara ciri individu
d.      Hubungan antara prakondisi dengan akibat tertentu.
e.       Hubungan yang imanen antara dua variabel
f.       Hubungan antara tujuan (ends) dan cara (means).
Dalam pelaksanaan penelitian yang mencari hubungan antara dua variabel, kadangkala peneliti tidak menemukan hubungan antar variabel dimaksud. Padahal secara teoretis dan dari stusi penelitian terdahulu dapat dilihat adanya hubungan antara kedua variabel dimaksud. Variabel pengganggu adalah variabel yang mengganggu hubungan positif antara dua variabel yang diteliti. Sedangkan variabel antara adalah variabel yang mengantarai dua buah variabel yang diteliti, yang mungkin saja menjadi sebab terhadap terjadinya efek pada variabel terikat.[3]

TEORI
            Teori adalah seperangkat konsep, defenisi, dan proposisi yang tersusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Sugiyono (2007:81) teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, defenisi dan proposisi yang disusun secara sistematis.
            Secara umum, teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori adalah suatu rangkaian prosedur-prosedur secara sistematis untuk membuat seperangkat konsep, defenisi dan proposisi yang mampu menjelaskan, meramalkan, dan pengendalian suatu fenomena-fenomena untuk menemukan pengetahuan baru.[4]

ASUMSI
            Asumsi atau anggapan dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang harus dirumuskan secara jelas. Peneliti harus dapat memberikan sederatan asumsi tentang kedudukan masalahnya, karena asumsi atu anggarn dasar ini menjadi landasan teori di dalam pelaporan hasil penelitian. Asumsi perlu dirumuskan secara jelas, hal ini disebabkan karena:
1.      Asumsi sebagai tempat berpijak bagi masalah yang sedang diteliti.
2.      Asumsi untuk mempertegas variabel.
3.      Asumsi digunakan untuk menentukan dan merumuskan hipotesis.

Untuk dapat merumuskan suatu anggapan dasar atau asumsi yang baik, maka ada empat hal yang harus dilakukan yaitu:
1.      Peneliti harus banyak membaca buku, jurnal, bulletin, hasil penelitian dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah.
2.      Mendengarkan informasi dari berbagai sumber seperti berita, ceramah ilmiah dan lain-lain.
3.      Dengan banyak berkunjung tempat
4.      Mengadakan pendugaan, mengabstraksi berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.

HIPOTESIS
            Setelah masalah dirumuskan,langkah selanjutnya adalah merumuskan jawaban yang dapat dicapai melalui penelitian dengan merumuskan jawaban yang brsifat sementara (hipotesis). Hipotesis diturunkan melalui teori. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian. Hipotesis adalah suatu cara pernyataan yang masih harus diuji kebenarannya secara empirik.
            Hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap persoalan yang diajukan dalam penelitian tidak hanya disusun berdasarkan pengamatan awal terhadap objek penelitian melainkan juga didasarkan pada hasil kajian terhadap literatur yang relevan dengna bidang penelitian. Hipotesis penelitian hendaklah memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1.      Hipotesis dibuat dalam bentuk kalimat deklaratif (pernyataan).
2.      Hipotesis harus dapat teruji.
3.      Hipotesis harus rasional artinya mengemukakan penjelasan yang masuk akal. Hubungan antara variabel-variabel harus jelas sehingga variabel dapat diukur (Mahsun, 2005: 15).
Ada beberapa cara pengungkapan hipotesis tentang variabel-variabel penelitian yaitu, (1) pengungkapan hubungan perbedaan; (2) pengungkapan hubungan sebab akibat; (3) pengungkapan hubungan korelasional. Dengan adanya melalui pengungkapan salah satu di atas ini, maka penelitian dengan menggunakan hipotesis dapat dilakukan.
Penyusunan hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan dalam penelitian dapat disusun dari pengamatan awal objek penelitian yang didasarkan oada kajian-kajian yang relevan dengan forma sebagai berikut:
1.      Bentuk rumusan masalah dan hipotesis masalah
Bentuk rumsan masalah dan hipotesis penelitian sangat rentan hubungannya dengan rumusan masalah penelitian, ada tiga macam bentuk yaitu:
a.       Hipotesis deskriptif (variabel tunggal, mandiri)
b.      Hipotesis variabel komparatif ( variabel perbandingan)
c.       Hipotesis variabel asosiatif (variabel hubungan)
2.      Merumuskan masalah dan hipotesis penelitian
a.       Rumusan masalah deskriptif
(1)   Bagaimanakah profil kecerdasan emosi dosen Indonesia?
b.      Hipotesis deskriptif
Yaitu jawaban sementara terhadap masalah deskriptif yang berkenaan dengan variabel mandiri.
3.      Rumusan masalah dan hipotesis komparatif
a.       Rumusan masalah komparatif
Contoh: adakah tempat perbedaan yang signifikan kecerdasan emosi antara dosen laki-laki dan dosen perempuan.
b.      Hipotesis komparatif
Terdapat 3 model:
1.   Hipotesis nol
Ho1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikankecerdasan emosi antara dosen laki-laki dan perempuan.
Ho2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan prestasi kerja antara golongan II, golongan III dan golongan IV.
2.   Hipotesis alternatif
3.   Hipotesis statistik.
4.      Rumusan masalah asosiatif.[5]




[1] Hartono, Metodologi Penelitian, (Pekenbaru: Zanafa, 2011), hlm: 30
[2] Ibid., hlm: 31
[3] Ibid., hlm: 31-35
[4] Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), hlm: 53
[5] Ibid., hlm: 56-59

Tidak ada komentar:

Posting Komentar